PENGARUH BUDAYA KOREA TERHADAP JATI DIRI NEGARA INDONESIA
HALLYU adalah Korean Wave atau yang diartikan sebagai
kecintaan eksport terhadap budaya dari Korea Selatan dan diartikan sebagai
budaya korea bukan benar-benar budaya asli Korea melainkan budaya POP Korea
atau demam Korea yang saat ini sedang mewabah di Negara Indonesia. Biasanya hallyu
meliputi aspek perfilman, music, kuliner, dan fashion. Negara gingseng tersebut
sedang getol-getolnya menyebarkan budayanya. Tidak hanya disitu budaya Korea
sudah menjangkiti gaya hidup para remaja saat ini. Perlahan tapi pasti dominasi
budaya Korea sudah menggeser dominasi budaya UK dan US. Hegemoni (cara Negara
kapitalis untuk tetap langgeng berkuasa melalui budayanya) budaya barat yang
mapan mulai dilawan oleh sebuah kontra hegemoni dari Negara Korea.
Korean
Wave merupakan sebuah fenomena menarik sepuluh tahun belakangan ini. Berawal dari
sebuah serial drama yang berjudul Endless Love (2000) yang menuai kesuksesan. Kesuksesan
tersebut diikuti oleh rentetan judul
seperti Full House, Sassy Girl, Boys Before Flower, Dream High, dan lain-lain. Tidak
hanya puas dengan itu, selain drama yang menghipnotis kalangan remaja, drama
Korea juga menyajikan soundtrack yang menarik dan menggugah selera para pecinta
music. Sadar akan hal itu, para pegiat music Korea membentuk Boy dan Girl Band
yang saat ini banyak digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Tidak hanya
lagu-lagu Boy dan Girl Band Korea, fashion dan gaya hidup pun mulai menjadi
kiblat remaja saat ini.
Berbagai
usaha dilakukan pemerintah Korea mulai dari modernisasi budaya tradisional
Korea, membangun pusat-pusat budaya, sampai membentuk jaringan telekomunikasi
yang canggih guna mendukung penyebaran informasi. Itu semua dilakukan dalam
rangka globalisasi budaya local Korea. Sejatinya apa yng dilakukan oleh Korea
tersebut tidak hanya sekedar memperkenalkan budaya lokalnya, tetapi lebih
kepada menjadikan budaya lokalnya menjadi budaya global. Sesuai dengan teori
Gramsci yang disebut dengan hegemoni cultural. Dimana duatu kelas dominan
menyebarkan budayanya dengan misi besar menggantikan budaya global dengan
budaya lokalnya dan fenomena itu sedang terjadi saat ini dengan adanya fenomena
Korean Wave.
Faktor-faktor masuknya budaya Korea:
- Mengubah konsep bermusik dalam setiap album baru yang akan dikeluarkan.
- Lirik lagu dalam music K-Pop masih cenderung sopan.
- Dari segi make-up, bias ditampilkan dengan mata besar menjadi hal baru yang menyenangkan untuk dilihat.
- Di bidang fashion, gaya berpakaian penyanyi Korea Selatan ini menawarkan gaya berpakaian yang unik.
- Music K-Pop umumnya menampilkan tarian yang rapih dan inovatif yang bias diikuti, sehingga tidak sedikit dari boy/girlband memiliki kekhasan tarian masing-masing.
- Artis-artis K-Pop umunya telah dipersiapkan sejak muda untuk menerima kesuksesannya saat ini.
- Menjadi artis dengan banyak bakat.
- Selebihnya, tampilan wajah yang cantik dan ganteng juga yang menyebabkan K-Pop sangat disukai.
Dampak Positif:
- Meninspirasi dunia music Indonesia menjadi lebih bewarna.
- Kecitaan terhadap music semakin tinggi
- Style berpakaian yang modis, gaya rambut, aksesoris yang lebih bervariasi dan beraneka ragam
- Menambah devisa Negara.
- Mempererat hubungan kerjasama diplomatic Indonesia-Korea.
Dampak Negative :
- Acuh tak acuh terhadap budaya tradisional Indonesia.
- Lebih menyukai budaya Korea ketimbang budaya asli Indonesia yang bersifat monoton.
- Terlalu fanatic terhadap boy/girlband sehingga melupakan kewajiban misalnya seorang rela bolos sekolah demi melihat artis Korea yang datang berkunjung ke Indonesia.
- Meniru gaya hidup dari artis-artis Korea yang tdak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia.
Oleh karena itu perlu rasanya kita sebagai generasi muda
untuk memupuk kembali rasa Nasionalisme yang tangguh dan memiliki kesadaran identitas
yang tinggi untuk mengantisipasi serangan budaya dari luar, misalnya semangat
mencintai produk dalam negeri. Lebih selektif terhadap budaya luar yang masuk
ke Indonesia. Dalam hal ini budaya Korea yang bersifat baik untuk kemajuan di
Indonesia bisa menjadi panutan seperti mempunyai etos kerja yang tinggi,
teknologi, dan lain-lain. Nilai-nilai budaya luar yang sesuai dengan budaya
bangsa dapat diserap sehingga akan memperkarya nilai budaya bangsa, sedangkan
budaya yang bersifat tidak baik langsung di tingggalkan seperti halnya dalam
cara berpakaian yang tidak baik. Itu semua dilakukan dengan cara edukasi kepada
masyarakat dan membuat trend budaya sendiri. Semuanya diperlukan agar kita
tidak kehilangan jati diri dan budaya Indonesia tetap dapat dilestarikan.
Referensi:
0 comments